Decision Support System

Decision Support System  (Sistem Pendukung Keputusan)

Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan (SPK) secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah semi – terstruktur [1]. Secara khusus, SPK didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi – terstruktur dengan cara memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu.
Proses pengambilan keputusan, melibatkan empat tahapan, yaitu:

1. Intelligence

Dalam tahap ini, pengambil keputusan mempelajari kenyataan yang terjadi sehingga kita bisa mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah yang sedang terjadi, biasanya dilakukan analisis berurutan dari sistem ke subsistem pembentuknya. Dari tahap ini, didapatkan keluaran berupa dokumen pernyataan masalah.

2. Design

Dalam tahap ini, pengambil keputusan menemukan, mengembangkan, dan menganalisis semua pemecahan yang mungkin, yaitu melalui pembuatan model yang bisa mewakili kondisi nyata masalah. Dari tahap ini, didapatkan keluaran berupa dokumen alternatif solusi.

3. Choice

Dalam tahap ini, pengambil keputusan memilih salah satu alternatif pemecahan yang dibuat pada tahap design yang dipandang sebagai aksi yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dari tahap ini, didapatkan keluaran berupa dokumen solusi dan rencana implementasinya.

4. Implementation

Dalam tahap ini, pengambil keputusan menjalankan rangkaian aksi pemecahan yang dipilih di tahap choice. Implementasi yang sukses ditandai dengan terjawabnya masalah yang dihadapi, sementara kegagalan ditandai dengan tetap adanya masalah yang sedang dicoba untuk diatasi. Dari tahap ini, didapatkan keluaran berupa laporan pelaksanaan solusi dan hasilnya.


Metode pengembangan SPK hampir sama dengan metode pengembangan perangkat lunak pada umumnya. Perbedaannya adalah SPK menekankan pada tahap prototyping-nya. Prototyping ditekankan karena dalam pengembangan SPK, interaksi antara pengembang dengan pengguna sangat intensif sehingga diperlukan suatu pendekatan yang bisa mengkomunikasikan dengan baik hasil yang dibuat oleh pengembang dengan kebutuhan yang diperlukan pengguna [2].
Tahap perencanaan (planning) dimulai dengan kebutuhan dari pengguna yang kemudian digunakan untuk melakukan identifikasi masalah dan alternatif pemecahannya yang kemudian diikuti dengan studi kelayakan terhadap kedua hal di atas. Dari tahap ini, ingin dilihat seberapa besar kesempatan bisnis yang bisa diberikan oleh pemecahan masalah yang dihadapi. Tahap analisis menghasilkan suatu  model logis dari permasalahan dan pemecahannya, yang kemudian diikuti dengan Tahap Desain yang mewujudkan model logis menjadi model nyata yang siap diimplementasikan. Model nyata ini yang kemudian diwujudkan dalam Tahap Prototyping. Dalam tahap ini, pengembang mengkomunikasikan sistem SPK yang dibuat kepada pengguna. Tahap Implementasi hanya dilakukan setelah Tahap Prototyping dilalui dengan persetujuan pengguna. Dalam tahap ini, pengguna secara resmi menggunakan sistem SPK dalam kegiatan bisnisnya [2]. Model pengembangan SPK dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Gambar. Metode Pengembangan SPK (Sumber: Hermawan, 2005)



Reference
[1] Turban, Efraim., Aronson,  Jay E., 2001, Decision Support Systems and Intelligent Systems.
[2] Hermawan, 2005

Comments

Popular posts from this blog

Knowledge Management

Penerapan dan Pemanfaatan Empat Domain COBIT pada Proses Audit Sistem Informasi

Independensi dan Profesionalisme Auditor Internal vs Auditor Eksternal